Jadi suatu ketika
datanglah suatu sayembara dari sebuah kerajaan yang kaya raya. Sang Raja ini
sudah cukup umur untuk pensiun dari jabatannya, dia hanya memiliki seorang
puteri yang cantik jelita. Namun sayang, tak seorang pria pun di kalangan
kerajaan maupun dari rakyatnya sendiri yang berani meminang sang puteri.
Bagaimana seorang bernyali meminang seorang puetri raja yang hartanya melimpah
ruah tiada duanya? Punya apa dia hinga berani mengajukan diri menjadi calon
menantu raja kaya itu?
Lalu berpikirlah
sang Raja itu untuk mengadakan suatu sayembara, dikumpulkan seluruh rakyatnya
di dekat danau disamping kerajaannya, semua pria muda, gagah hingga tua renta tapi
masih lajang diperbolehkan mengikuti sayembara tersebut. Sang Raja naik
disebuah podium yang tinggi, memandang seluruh penjuru tepi danau yang
dirimbuni para pria-pria itu, ia lalu bertitah
“Hai rakyatku,
seperti yang sudah kalian ketahui aku hanya memiliki seorang puteri dalam
hidupku yang kini sudah cukup usia untuk menikah yang nantinya akan memberikanku
cucu seorang pangeran yang akan memimpin negeri ini dengan bijaksana.
Namun hingga saat ini Tuhan belum menghendaki seorang calon pria gagah dan tampan datang hadir dikerajaanku untuk meminta puteriku menjadi pendamping hatinya.
Oleh karenanya hari ini aku mengadakan sebuah sayembara, barang siapa diantara kalian berhasil menyebrangi danau itu dari ujung satu ke ujung tepian yang lain dengan selamat maka dia berhak mendapat imbalan dariku.
Dia yang belum beristri akan aku nikahkan dengan puteriku dan akan kuwariskan seluruh hartaku kepadanya, namun tak semudah itu. Lihatlah dengan cermat didanau itu...”
Namun hingga saat ini Tuhan belum menghendaki seorang calon pria gagah dan tampan datang hadir dikerajaanku untuk meminta puteriku menjadi pendamping hatinya.
Oleh karenanya hari ini aku mengadakan sebuah sayembara, barang siapa diantara kalian berhasil menyebrangi danau itu dari ujung satu ke ujung tepian yang lain dengan selamat maka dia berhak mendapat imbalan dariku.
Dia yang belum beristri akan aku nikahkan dengan puteriku dan akan kuwariskan seluruh hartaku kepadanya, namun tak semudah itu. Lihatlah dengan cermat didanau itu...”
Semua lelaki itu
memandang ke arah danau dan terkejut histeris...
“Lihatlah rakyatku
disana ada puluhan buaya yang kelaparan yang akan merintangi jalan kalian, jadi
kalian....”
Belum berhenti sang
raja berkata, ternyata ada suara seorang menceburkan diri ke danau “Byuurrr..”
Semua yang melihat
lelaki itu kaget, berdecak kagum dan berteriak-teriak menyoraki “Woooww..”
Si lelaki pemberani
itu terus berenang, berenang tanpa lelah menuju ujung tepian danau yang lain..
Terus berenang menghindari gigitan buaya-buaya kelaparan itu, tak memperdulikan
masih berapa jauh lagi jarak yang harus ia tempuh.
Semua rakyat makin
semangat menyoraki kegigihan si lelaki itu “Ayooo.. Ayoooo...”
Sang raja tak bisa
berkata apa-apa melihat kejadian itu, ia beserta pengawalnya menuju ujung danau
menunggu kedatangan si lelaki pemberani itu, berharap dia mampu melampaui
rintangan buaya tadi dan menikahi puteriny
Wajah sang raja
makin berbinar saat pria tadi mulai mendekati tepian danau dan berhasil
menyeberanginya, rakyat pun berorak-sorai penuh kegembiraan dan kekaguman
Sang raja berkata
“Oh pria yang pemberani, kau telah
berhasil melewati segala rintangan yang kuberi, kebulatan tekadmu telah
berhasil mengalahkan segala ketakutanmu jadi katakanlah hai pria gagah..
sudikah kau menerima hadiah yang telah aku tawarkan sebelumnya?”
Si lelaki itu masih
tersengal-sengal menahan nafas kelelahan “Tunggu raja.. tunggu...”
Ia masih berusaha
mengatur nafasnya, ”Saya.. saya.. tidak terlalu menginginkan imbalan hadiah
yang raja tawarkan tadi... saya.. saya hanya ingin... sayan ingin tahu siapa
yang telah tega mendorong saya hingga tercebur di danau tadi!!!”
Sang raja bersama
rakyat yang sebelumnya bersoraksorai tadi mendadak terdiam....sunyi...
....................
Hehe cukup seperti
itu saja ceritanya, pingin tahu kenapa aku menulis crita tadi, ini sebenarnya
cerita dari dosenku mata kuliah Pendidikan Agama... jadi ceritanya aku
terlambat setengah jam mengikuti perkuliahan malam itu dikarenakan macet,
apalagi Jakarta mulai diguyur hujan begini jalanan pun penuh kendaraan tak
bergerak. Intinya dosen tadi menasehatiku begini
“Macet itu bukan alasan buat kalian terlambat di Jakarta.
Kalian sudah tahu macet adalah makanan sehari-hari di Jakarta jadi kalian juga harus pandai-pandai berpikir mengatur manjemen waktu, kapan kalain berangkat ke kampus, mempertimbangkan berapa waktu yang ditempuh di jalan, berapa waktu untuk terkena macet dan lain-lain sehingga kalian bisa datang ke kampus tepat waktu.
Sama halnya dengan cerita buaya dan laki-laki tadi, seseorang itu harus dipaksa untuk mencapai suatu tujuan mulia.
Jika kalian sudah takut akan rintangannya maka kalian akan gentar, jika kalian sudah menyerah akan kemacetan ya pasti kalian akan terlambat.
Oleh karenanya bagi yang terlambat tadi saya mohon untuk tidak mengulanginya lagi, paksakan diri kalian bahwa kalian bisa untuk tidak terlambat, kalahkan kemacetan itu dengan berangkat lebih awal, mengerti? Terima kasih”
“Macet itu bukan alasan buat kalian terlambat di Jakarta.
Kalian sudah tahu macet adalah makanan sehari-hari di Jakarta jadi kalian juga harus pandai-pandai berpikir mengatur manjemen waktu, kapan kalain berangkat ke kampus, mempertimbangkan berapa waktu yang ditempuh di jalan, berapa waktu untuk terkena macet dan lain-lain sehingga kalian bisa datang ke kampus tepat waktu.
Sama halnya dengan cerita buaya dan laki-laki tadi, seseorang itu harus dipaksa untuk mencapai suatu tujuan mulia.
Jika kalian sudah takut akan rintangannya maka kalian akan gentar, jika kalian sudah menyerah akan kemacetan ya pasti kalian akan terlambat.
Oleh karenanya bagi yang terlambat tadi saya mohon untuk tidak mengulanginya lagi, paksakan diri kalian bahwa kalian bisa untuk tidak terlambat, kalahkan kemacetan itu dengan berangkat lebih awal, mengerti? Terima kasih”
Waaa... maluuu..
iya Bapak, maafkan saya.. saya akan berusaha tidak terlambat lagi :)
0 Komentar:
Posting Komentar