Senin, 28 Maret 2011

#Dear Someone : Sore di Ujung Dermaga


Aku duduk di ujung dermaga sore itu, dengan kaos kuning dan celana putih kulinting sampai bawah lutut.  Menatap kosong ke arah hamparan ombak laut yang tenang, ditemani temaram kilauan warna mega mendung yang mengiring sang mentari menuju peraduannya menutup hari ini.

Sekali-kali kakiku kuayun hingga menyibak guratan ombak air laut yang terasa dingin itu. Kedua tanganku menopang berat badanku yang seolah lusuh, luruh oleh waktu. Tak ada suara seucap pun melainkan bunyi percik-percik air diantara kedua kakiku yang sedikit mengusir suasana sepi.

Sesaat suara burung camar sayup-sayup terdengar memecah keheningan. Aku suka nyanyian ‘burung sore’ itu, seperti rintihan seorang kekasih yang menyebut nama pujaan hatinya untuk datang kembali pulang. Ya mungkin seperti yang aku rasakan tepat sekarang.

Aku mendesah dan menunduk terpaku menatap wajahku yang terombang-ambing di atas pantulan ombak laut. Lalu kudengar suara ketukan dilantai kayu dermaga itu dari kejauhan di ujung lainnya. Aku sengaja tak memalingkan badan, sengaja tak memperdulikan sumber suara itu. Dan aku tahu betul suara ketukan itu berasal dari sepasang sepatu wanita yang berjalan ke arahku dengan nada galau namun berirama.

Suara ketukan itu berhenti, kuperkirakan hanya beberapa sentimeter dari tempatku duduk saat itu. Suasana hening dan kupejamkan kedua mataku namun hidungku tak ada daya untuk mengacuhkan aroma dari belakang pundakku sore itu. Aku begitu kenal semerbak wangi itu milik siapa.

“Hey” sapanya ringan
Aku tetap membisu...
Perlahan dia melepas satu per satu sepatu hak tinggi warna hitamnya yang mengkilat, dijinjingnya di tangan kiri, kemudian disematkan di tempat ia duduk tepat disamping kananku. Sekalipun ia tak memandangku begitu pula aku. Kuhela nafasku pelan mencoba menenangkan detak jantungku yang memacu kian cepat.

Kulirik wanita yang pernah merebut hatiku itu, ia begitu anggun dengan kemeja warna putih berbalut renda bermotif lekuk bunga mawar dari kerah hingga kancing bajunya, sangat cocok dengan tubuhnya yang ramping. Kedua tangannya berpangku di atas kedua pahanya sementara kedua kakinya asik memain-mainkan muka air laut.

Aku sedikit tersenyum setelah kudapati sebuah gelang mungil warna putih bersh masih indah melingkar di tangan kirinya. Kucuri-curi pandang ke arah wajahnya yang cantik merona, ia masih diam menantap lurus ke depan. Dan mendadak dia berpaling ke arahku, aku sontak kaget dan segera menundukkan wajahku, ah perempuan selalu memiliki insting yang kuat, pikirku.

Dia tertawa kecil, ah kelihatan bodoh sekali aku tadi.
“Tak biasanya kamu berdiam diri di sini” tanyanya lirih
“Ah gak juga, kenapa pula kamu datang ke sini?” kulirik wajahnya yang masih tersenyum
“Lagi pingin saja” jawabnya singkat
“Kamu masih memakainya?” aku memberi kode ke arah gelangnya
“Apa? Oh ini? Kamu gak suka aku memakainya? Oh ya sudah aku lepas”
“Eh eh.. gak usah” aku memegang tangannya, mencegahnya melepas gelang pemberianku 3 tahun silam. Sesaat kami bertatapan, seketika itu juga aku melepas genggaman tanganku, kembali menunduk, ah bodoh kali aku! Dia kembali tersenyum menatap lurus ke depan, kembali asik mengayunkan kedua kakinya di atas air.

“Jadi dengan siapa kamu sekarang?” tanyanya sambil menatap ke arahku.
“Buat apa pula kamu menanyakannya?” jawabku agak kesal.
“Ya... Gak dijawab juga gak apa kok. Aku ingin tahu saja bilamana kamu sudah bahagia sekarang”
“Sudah katamu? Asal kau tahu saja aku sudah bahagia semenjak kita...”
“Mas.. cukup! Janganlah kau selalu mengungkitnya, apapun itu tetap saja akhirnya juga sama. Dan ini pun juga kesepakatan kita bukan?” nada bicaranya seolah kesal atas reaksiku barusan
“Iya, aku mengerti.. hanya saja… ah sudahlah!! Kau sendirian kesini?”
“Tidak, aku dengannya”
Perempuan itu menengok ke arah belakang, aku mengikuti arah pandangannya. Nampak dari kejauhan seorang pria gagah bersedekap bersandar di mobil sedan warna hitam, sesaat dia melambaikan tangan kea rah kami. Aku pun kenal betul siapa pria itu.

“Aku tak bisa berlama-lama di sini Mas… Akhir-akhir ini aku sering mendengar dari kabar teman bahwasanya engkau sering bermuram durja. Oleh karenanya aku ingin memastikan keadaanmu bahwa kau baik-baik saja, tak yang seperti mereka ungkapkan. Aku ingin kau bahagia juga Mas” wanita itu memegang tangan kananku kuat-kuat. Aku sendiri sangat sedih saat dia mengatakan hal itu padaku.
“Tenang, aku baik-baik saja. Hanya agak jenuh makanya mungkin aku kelihatan muram. Aku juga senang kau sesekali bisa mengunjungiku seperti ini” Aku tertawa kecil, mencoba meyakinkannya aku tak sedih lagi meski kenyataannya memang demikian.
“Pergilah… hari makin malam dan dingin, aku pun tak ingin membuat suamimu gusar, sampaikan salamku padanya ya. Aku ingin sejenak berdiam disini dulu. Oh iya satu hal lagi yang kuingin dengar darimu… Katakanlah, kamu bahagia kan?” aku menatap kea rah bola matanya tajam
“Iya Mas, aku bahagia” jawabnya tersenyum manis padaku
“Jika demikian, akupun lega.. aku juga bahagia sama halnya seperti dirimu” Aku pun tersenyum ringan pada wanita cantik itu

Perlahan dia beranjak dari tempat duduknya disampingku sore itu. Meninggalkanku diujung dermaga dengan samar-samar , dimana kakiku masih asyik mengayun memainkan ombak air laut yang kian terasa sedingin e situ, tapi kali ini berbeda. Aku tersenyum…Terimakasih atas kunjunganmu di ujung dermaga sore itu. 

Soundtrack :
Crash Parallel - Still Wont Let You Go (#3 ATC Hitz 28 Feb 2011) [Download]
Myron - If It Ends (#5 ATC Hitz 7 Maret 2011) [Download]
Colin Smith - Love (#9 ATC Hitz 14 Maret 2011) [Download]
The Script - If You Ever Come Back (#4 ATC Hitz 21 Maret 2011) [Download]
Lifehouse - Falling In (#2 ATC Hitz 28 Maret 2011) [Download]


0 Komentar:

 
Design Downloaded from Free Website Templates Download | Free Textures | Web Design Resources